Thursday, October 8, 2009

Karena Batik, Dua Tetangga Bersitegang

Bukan mau membuka Toko Batik ataupun membuat Toko Batik Online cuma mengutip tentang sebuah berita yang dilansir kantor berita Malaysia, Bernama, membetot perhatian. Pertengahan September lalu, Wakil PM Malaysia, Tan Sri Muhyiddin Yassin menyatakan pihaknya akan mempelajari keputusan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation (UNESCO) yang memasukkan batik Indonesia ke dalam daftar warisan budaya bukan benda (intangible cultural heritage).
UNESCO memutuskan untuk menjadikan batik Indonesia sebagai salah satu daftar warisan budaya pada 8 September 2009. Pengumuman daftar tersebut akan digelar pada pertemuan komite antar pemerintah Intangible Heritage, 2 Oktober di Abu Dhabi. "Saya tidak memiliki detailnya (keputusan UNESCO itu) karena Malaysia juga memiliki batik. Kita akan menganalisa pengertian sebenarnya dari keputusan itu dan apakah keputusan itu akan berdampak pada produksi batik di sini," ujar Muhyidin.

Menurut Muhyidin, tidak hanya Malaysia dan Indonesia yang memproduksi batik. Tapi, india dan Singapura juga memiliki batik. Perbedaannya hanya terletak pada nama dan teknologi yang digunakan. Karena itu, saya akan mengecek keputusan UNESCO lebih lanjut," kata Muhyiddin.

Malaysia memang punya juga tradisi batik. Beberapa sumber menyebutkan, batik diperkenalkan pertama kali di Kelantan pada awal abad 20. Dan seperti diketahui, Kelantan tadinya memiliki hubungan erat dengan kerajaan Demak di pulau Jawa. Bahkan tradisi dan akar kesejarahannya pun, memiliki banyak kesamaan. Batik Kelantan pun, memiliki corak yang tak jauh beda dengan Batik Jawa.


Belakangan, Malaysia serius mengembangkan batiknya. Pada 2004, misalnya, pemerintah Malaysia mencanangkan kampanye Malaysia Batik - Crafted for the World. Lewat kampanye itu, semua pengusaha batik di Malaysia diajak untuk semakin meningkatkan kreasi mereka, agar tak ketinggalan tren mode.

Kuala Lumpur juga berikhtiar terus-menerus menghidupkan minat masyarakat Malaysia agar lebih menyukai batik, diantaranya lewat berbagai kegiatan kompetisi yang terbuka bagi kalangan anak muda untuk berkreasi dengan batik. Pengenalan mengenai seni batik, termasuk teknik pembuatan batik, juga diajarkan di sekolah-sekolah.

Tak hanya itu. Mereka juga gencar melakukan promosi di hampir setiap acara besar jagat mode, termasuk ke pusat-pusat mode dunia, seperti London, Milan, dan Paris. Suara Pembaruan menulis, tak mengherankan kini batik Malaysia mulai diminati para penggila mode dari seluruh dunia.

Namun, kehebohan muncul ketika beberapa bulan lalu, iklan promosi Enigmatic Malaysia yang dibuat Discovery Channel memantik polemik. Dalam tayangan promosi itu, dikesankan bahwa batik berasal dari Malaysia. Presiden dan CEO Group KRU Sdn Bhd Norman Abdul Halim mengatakan, "Kami baru tahu bahwa ada protes dan kemarahan rakyat Indonesia atas promosi itu kemarin ketika wartawan-wartawan Indonesia menghubungi saya. Kami telah menghubungi Discovery Channel kemudian mereka telah menarik promosi itu dan menggantinya dengan yang baru."

Lain promosi, lain film yang dipromosikan. "Dalam mengungkap Batik di Malaysia, dalam film dokumenter kami jelas mengungkapkan bahwa batik Malaysia itu asalnya dari batik Jawa," kata Norman, yang mengaku orang tuanya adalah keturunan Sumatera Utara kepada ANTARA.

Utusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Ketut Wiryadinata mengakui setelah menonton film dokumenter tentang Batik. "Dalam film dokumenter yang dibuat oleh KRU mengungkapkan fakta yang sebenarnya yakni batik Malaysia berasal dari Jawa," katanya.

Dua tahun silam, kepada Liputan 6 SCTV, Wakil Perdana Menteri Malaysia Dato Sri Najib Tun Razak juga mengakui batik Malaysia merupakan pengembangan dari batik Indonesia yang disesuaikan dengan citra negeri jiran. Batik dari Kelantan dan Trengganu pun terus dipopulerkan. Ini bertujuan mengejar popularitas batik leluhurnya, batik Indonesia.

Hal itu dikatakan Najib Razak di sela-sela Festival Batik Malaysia sedang digelar di Kuala Lumpur. Tak pelak, festival ini juga salah satu ajang mempopulerkan batik Malaysia yang sebagian besar diproduksi di Kelantan dan Trengganu.

Batik Negeri Jiran mudah dikenali. Warnanya mencolok dan motifnya terbatas, abstrak atau bunga maupun tumbuhan. Ini berbeda dengan batik Indonesia yang banyak menampilkan detail yang dikerjakan dengan tangan. Batik Malaysia didominasi batik cap atau cetak yang sederhana proses pembuatannya.

Pemilik Hisbiscus Gallery, Lazim Hj Ismail, kepada Surabaya Post, mengatakan, "Perbedaan batik Malaysia dan Indonesia adalah coraknya. Kalau proses pembuatan saya rasa tidak jauh berbeda," kata pria yang sudah 28 tahun berbisnis batik di Kuala Lumpur ini.

Corak batik Malaysia, kata Lazim, dihasilkan dalam dua bentuk utama yaitu organik dan geometrik. Organik berunsurkan alam atau natural seperti awan larat, tumbuh-tumbuhan, bunga-bungaan, dan hewan. Contoh motif organik, seperti motif ayam, bunga buluh, kerak nasi, bunga kotak bercampur, anggrek, bunga raya dan daun sirih. Sedang motif geometrik seperti pucuk rebung, rama-rama, dan siput. "Motif yang paling banyak saya gunakan adalah motif bunga, terutama bunga orkid (anggrek), bunga matahari, dan bunga raya. Untuk motif hewan, saya jarang menggunakannya," kata pria yang belajar membatik di Trengganu itu.

Kendati belum pernah ke Yogyakarta, Solo dan daerah pusat batik di Indonesia, Lazim mengaku proses pembuatan batik antara Malaysia dan Indonesia tak terlalu jauh berbeda. Di Malaysia juga dikenal canting untuk batik tulis tapi mereka menyebutnya conteng. Batik cap disebut batik blok. Sedangkan sebutan batik skrin adalah untuk sablon.

Memang lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Tiap daerah tentu memiliki corak dan motif berkreasi masing-masing. Namun jika menyangkut klaim, masalahnya bakal berbuntut panjang

 
sawargi-c.blogspot.com is absolutly legal and contain only links to other site on the internet: yotube.com, an many other, we do not host or upload video,films, media file (avi,mov,peg,divx,dvdrip,mp3,mp4,torrent,ipod,psp,megavideo) sawargi-c.blogspot.com is responsible for the accuracy, compliance, copyright, legality, decency, or many other aspect of the content of other linked sites. if you have any legal issues please contact appropriate media file owner/hosters